Evaluasi RSDBI senantiasa dilakukan oleh pemerintah seiring dengan
moratorium penyelenggaraan RSDBI maka Pemerintah Provinsi Bali melalui Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Bali menyelenggarakan penguatan RSDBI di
Bali mulai dari jenjang SD sampai SMA/SMK. Kegiatan ini diselenggarakan melalui
kegiatan Workshop para kepala sekolah dan guru RSDBI di wilayah Provinsi Bali
mulai tanggal 21 sampai dengan 23 Nopember 2012 yang bertempat di BPKB Provinsi
Bali di Jalan Gurita Denpasar. Kegiatan ini mengundang nara sumber dari
institusi sekolah yang telah berhasil menyelenggarakan best practice di sekolah
seperti SMA Bali Mandara Singaraja, dari para akedemisi seperti Prof. Dr. I
Wayan Maba, Prof. Dr. Anak Agung Gede Agung, M.Pd, Drs. I Made Suparma,
S.Pd, dan Drs. I Wayan Suratha, M.Pd.
Kegiatan
ini dibuka oleh Drs. Dewa Made Sudiarta, M.Pd dari Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Provinsi Bali. Dewa mengatakan bahwa kegiatan workshop ini juga akan
diisi dengan presentasi hasil analisis evaluasi RSDBI yang sudah dilakukan
sebulan yang lalu untuk selanjutnya akan dijadikan bahan laporan kepada
Gubernur Bali. Sebagai tindak lanjut dari kegiatan ini pemerintah akan
mengadakan koordinasi tiga pihak antara Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kabupaten dengan Dinas Pendidikan Provinsi Bali serta Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan sehingga ditemukan formula yang tepat dalam hal sharing pembiayaan
antara pembiyaan pusat APBD Provinsi dan APBD Kabupaten. Hasil kajian analisis
evaluasi RSDBI tersebut selanjutnya akan dijadikan acuan dalam menentukan
kebijakan anggaran pemenuhan kebutuhan RSDBI sehingga percepatan proses
peningkatan stauts RSDBI menjadi SBI dapat tercapai secepat mungkin.
Dewa
juga menyatakan bahwa otoomi satu atap yang berlangsung selama ini antara
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Pendidikan Provinsi Bali dan Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten ke depan akan diarahkan pengelolaannya
secara sentralisasi. Sebagai langkah awal yang akan diambil adalah peninjauan
kembali Undang-undang Otonomi Daerah terkait masalah pendidikan. Karna bagaimanapun
juga tidak dapat dipungkiri proses regenerasi atau mutasi tenaga pendidik dan
kependidikan yang selama ini berlangsung tidak senapas dengan kebijakan
pendidikan secara umum. Sehingga terkadang proses mutasi tidak menggunakan
pertimbangan akademis dan logis. Sebagai akibatnya adalah ketidak selarasan
antara kebijaksanan pusat dengan daerah terkait masalah pendidikan. Hal
lain yang akan ditinjau kembali menurut Dewa adalah kewajiban pemenuhan jam wajib
guru selama 24 jam karna guru tidak sempat lagi menyelenggarakan kegiatan
bimbingan, pengembangan diri, administrasi guru dan sebagainya. Dengan beban
sebanyak itu target pemenuhan selama 24 jam adalah mutlak harus dipenuhi dengan
mengesampingkan kualitas pembelajaran. Dimana indikator keberhasilan bukan
hanya kepada pemenuhan kewajiban total 24 jam tersebut dalam seminggu akan
tetapi lebih kepada proses pembelajaran.
Hal
senada juga disampaikan oleh Kepala Sekolah SMA Bali Mandara Drs. I Nyoman
Darta, M.Pd yang juga sebagai nara sumber pada kegiatan workshop di hari
pertama tersebut mengatakan bahwa proses
pembelajaran yang baik adalah yang proses yang mengedepankan kebermaknaan
belajar secara konstruktivistik. Dimana siswa akan menjadi pembelajar yang baik
jika dia dapat menemukan langsung jalan keluar dari permasalahan dalam
pembelajaran secara mandiri. Darta yang mendapatkan giliran sebagai pembicara
setelah acara tersebut di buka menceritakan dan berbagi sharing tentang apa
yang telah ia lakukan di sekolahnya untuk menjadi bahan referensi bagi sekolah
lain dalam mengembangkan sekolahnya. SMAN Bali Mandara yang merupakan sekolah
unggulan yang telah berhasil berprestasi dalam usianya yang terbilang sangat
muda. Beberapa siswanya telah berhasil menyabet prestasi bersekala nasional
maupun internasional dalam bidang akademik. Sekolah tersebut juga telah
berhasil membawa siswanya mampu lolos dalam ujian standar internasional yang
diselenggarakan oleh Cambrigde Academy di Amerika Serikat. Hal ini tidak akan
terlepas dari peranan system dan implementasi kurikulum yang mengadopsi system kredit
semester (SKS) dengan menggunakan satuan kredit semester (sks). Keunggulan lain
yang juga mendukung tercapainya prestasi belajar siswa semasif itu adalah karna
dukungan penuh dari Pemprov Bali yang bekerja sama dengan Sampoerna Foundations
yang melakukan pengawasan ekstra ketat terhadap pelaksanaan penyelenggaraan
manajemen sekolah berikut pembelajaran serta kulitas gurunya. Dimana guru di
sekolah tersebut secara rutin diupdate wawasan dan pola berfikirnya dengan
tenaga konsultan dan interpreneur yang profesioanl.
Darta mengajak para kepala sekolah untuk bersama berubah untuk
mengadopsi system kredit SKS yang memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan bakat, minat, dan kemampuaan belajar siswa yang beragam. Karna
dengan SKS menurut Darta beberapa
keunggulan dan keterbatasan siswa dalam bidang tertentu berusaha untuk
diakomodir sehingga perkembangannya menjadi maksimal sesuai dengan potensi apa
yang ia miliki. Dengan memakai system kredit semester siswa yang memiliki
kemampuan lebih akan mendapat pelayanan pendidikan sewajarnya demikian juga
halnya siswa yang memiliki keterbatasan dalam hal kecepatan belajarnya. Dengan
fasilitas asrama yang dimiliki maka pelaksanaan system kredit semester sangat
sukses dijalankan di sekolah tersebut.
Beberapa tanggapan muncul dari para peserta workshop yang sebagian besar
memuji dan ingin banyak belajar dari SMAN Bali Mandara. Di samping ada beberapa
peserta yang masih belum siap melaksanakan inovasi pendidikan seperti itu karna
faktor keterbatasan sarana, sumberdaya manusia, dan yang paling penting adalah
belum siap untuk berinovasi. Karna prinsip inovasi menurut Darta adalah berani
mengambi resiko termasuk resiko jabatan. Barani berinovasi berarti berani
mengambil resiko di tengah situasi system pendidikan yang masih dijalankan
dengan birokrasi yang procedural dan kaku.
Teruslah berinovasi Pak Darta, dan jangan henti hentinya untuk berbagi sesuai moto sekolah Bapak “ Share and Care”. Dan selamat mencoba bagi aktivis pendidikan lainnya. Kita songsong masa depan pendidikan yang mendekatkan diri dengan mutu, bukan pada birokrasi procedural semata.
Semoga SDN 1 Karangasem minimal dapat memikirkan jejaknya sebelum mengikuti jejaknya.
Selamat mengikuti Workshop !